250gram bawang merah. 1 sendok teh garam. 200 ml air. 1 liter minyak goreng. Setelah Anda mempersiapkan bahan dan bumbu awal untuk membuat bawang goreng siap saji langkah selanjutnya adalah proses pembuatan, pada proses ini perlu juga diperhatikan kehigienisan bahan, karena kualitas bawang goreng yang akan dibuat itu sangat berpengaruh
SkripsiPertanian – Contoh Skripsi 2017. analisa usaha bawang merah produsen mesin. ANALISIS FINANSIAL USAHATANI CABAI MERAH SKALA PETANI DI. ANALISIS EKONOMI USAHATANI CABAI DI PROPINSI BENGKULU. ANALISIS FAKTOR FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI. Analisis usahatani CABAI MERAH kontraberita blogspot
Arealpanen merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi bawang merah. Hidroponik adalah pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan sebagai tempat akar sektor usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang memanfaatkan tempurung Analisa kelayakan teknis dan ekonomis teknologi budidaya bawang merah dengan biji
Sebenarnya ada cara lain yang bisa mengontrol pengeluaran saat harga bawang merah sedang naik. Ya, dengan mencoba cara menanam bawang merah di rumah lewat beragam media. Begini caranya. 1. Cara menanam bawang merah di pot cukup praktis untuk dilakukan. Kamu yang pemula bisa pakai cara ini, ya!
analisisusaha tani bawang putih (studi kasus di desa banyu mudal kec. sapu kab. wonosobo (2000) aspek ekonomi penggunaan traktor tangan pada usaha tani padi sawah di kec. mojolaban kab. sukoharjo (2001) analisis usaha tani padi model farm di kab. subang jawa barat (2002) analisis usaha tani cabai merah lahan pantai di desa glagah kec. temon kab.
INFORMASISEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN 2021. Prof. Dr. H.A. Suyitno, M.Ag. (Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, DItjen Pendidikan Islam Kemenag) Panca Wijaya Akbar, S.H. (Bupati Ogan Ilir - Sumatera Selatan) H. Dodi Reza Alex Noerdin (Bupati Musi Banyuasin - Sumatera Selatan)
. Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL TEKNIK INDUSTRI ISSN 1693-8232 HEURISTIC 43 ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH DALAM ASPEK TEKNIS, FINANSIAL DAN SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN KOTA GAJAH, LAMPUNG TENGAH Dian Fajarika1, Rizqa Ula Fahadha2 1,2Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Sumatera ABSTRAK Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Kata Kunci Analisis usaha tani, bawang merah, aspek teknis, finansial, sosial ekonomi ABSTRACT Shallot commodity is one of agricultural commodity that has high demand in Indonesia. The average consumption of shallots per capita is ounces per day. Shallot is kind of vegetable with production million tons in 2018. Production centre of shallot in Lampung, one of provincein Indonesia, is still developed. It is purposed to stabilize shallot stock and keep prices balancing in market. This study aims to determine the benefits and feasibility in technical, financial and sosio-economic aspects in shallot farming. This research was carried out in Kota Gajah Subdistrict, Central Lampung. The methods used are direct interviews for primary data, literature study in regional information center for secondary data technical aspect result that area ofKota Gajah subdistrict has a climate,type of soil and farmers' skills that available for shallot farming. The financial analysis shows that the project for shallot centre development in Kota Gajah is feasible with revenue and cost ratio obtained NPV Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 44 value is Rp. 16, 343, 200,777,- and interest rate return IRR in the second period above the discount rate. On socio-economic aspect can be showed that the shallot farming can increase farmer’s income as much as 4 times higher than paddy farming. The shallot farming also open relationship for cooperation with various parties such as government, private sector and other farmers group in outside Kota Gajah Subdistrict. Keywords farming analysis, shallots, technical, financial, socio-economic PENDAHULUAN Komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Komoditas yang tergolong dalam jenis sayuran ini dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan obat. Dalam rangka memndukung swasembada komoditas pertanian, Indonesia berupaya untuk mengurangi impor komoditas bawang merah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan bawang merahnya sendiri dan mengekspor bawang merah sebanyak ton bawang merah pada tahun 2014. Tingkat produksi bawang merah mencapai 1,49 juta ton pada tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan, 2019. Penanaman komoditas bawang merah saat ini masih didominasi di Pulau Jawa Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar Nusa Tenggara Barat sebesar 14,92%, dan sisanya di daerah Sumatera, Sulawesi, Bali dan Yogyakarta Inagri, 2019. Bawang merah hanya dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki kecukupan air dan angin. Komoditas ini yang rentan terhadap curah hujan. Tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman dimana pada bulan tertentu akan mengalami kenaikan pesat, namun saat terjadi musim yang kering akan mengalami penurunan. Ketersediaan bawang merah yang fluktuatif tersebut berpengaruh terhadap perubahan harga. Beberapa permasalahan yang terjadi pada tanaman bawang merah diantaranya adalah produktivitas bawang merah di Indonesia yang masih rendah dengan rata-rata 9,24 ton/ha yang masih dibawah potensi produksi diatas 20 ton/ha Kementerian Pertanian, 2015. Kendala lainnya adalah mulai jenuhnya lahan bawang merah di Pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi bawang merah dan menyumbangkan 71% dari kebutuhan bawang merah nasional Inagri, 2019. Pemerintah mentargetkan ekspor komoditas bawang merah pada tahun 2019 sebanyak 2750 ton bawang. Realisasi ekspor bawang merah sampai tahun 2019 hanya 252 ton. Jumlah ekspor ini turun secara signifikan dibandingkan pada tahun 2014 yang dapat mengekspor hingga 74 ribu ton. dapat menjadi komoditas ekspor ke negara tetangga. Untuk mengatasi kejenuhan lahan pertanian di Pulau Jawa, diperlukan pengembangan komoditas di luar pulau Jawa. Salah satu Kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil kajian penelitian komoditas unggulan Bank Indonesia didapatkan hasil bahwa Lampung memiliki potensi komoditas unggulan bawang merah. Komoditas ini menjadi komoditas unggulan terutama di Kabupaten Lampung Tengah dengan potensi lintas sektor tertinggi untuk sektor komoditi sayuran Bank Indonesia, 2017. Pengembangan usaha pertanian bawang merah membutuhkan kajian mengenai aspek finansial dan teknis di lahan baru. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 45 gambaran kelayakan investasi serta benefit bagi lingkungan sekitar. Penelitian mengenai usaha bawang merah sebelumnya dilakukan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Nurasa, Tjetjep, 2007. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis usaha tani dan keragaan marjin pemasaran bawang merah. Data yang didaptkan berupa data pendapatan petani serta perhitungan marjn pada tingkat Lembaga. Sistem pemasaran yang dilakukan terdiri dari tebasan yaitu tawar menawar sebelum panen dilakukan, sistem borongan. Penelitian tersebut masih membahas mengenai marjin yang diterima oleh petani. Variabel analisis yang digunakan masih di keuntungan dan rasio benefit serta biaya dengan nilai sebesar B/C Dalam analisis kelayakan usaha bawang merah perlu dikaji secara finasial. Pengujian kelayakan secara finansial ini pernah dilakukan di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa Tengah terhadap biji botani bawang merah true shallot seed. Hasil kajian secara finansial dapat menyatakan bahwa produksi TSS di Sumatera Utara dan Jawa Timur nilai revenue dibanding costR/C sebesar 3,44 dan 2,63. Namun untuk R/C di Jawa Tengah mengalami kerugian sebesar 184,3 juta atau R/C sebesar 0,41 Sembiring, Asma, dkk, 2018. Hal tersebut dapat menjadi tantangan untuk Sumatera dalam menghasilkan sentra usaha tani bawang merah dikarenakan peluang dari kajian yang memberikan hasil yang positif untuk perkembangan bawang merah. Biaya yang dipertimbangkan dalam menganalisis kelayakan finasial diantaranya biaya material meliputi benih, pupuk dan pestisida serta pollinator serangga penyerbuk. Biaya tenagakerja meliputi pengolahan sampai proses serta panen dan biaya lain meliputi biaya penyusutan peralatan asset produksi, biaya sewa dan biaya tak terduga sebesar 5% dari biaya material dan biaya tenaga kerja. Studi kelayakan terkait bawang merah diteliti di Sulawesi yang berfokus pada pengembangan benih bawang merah dengan menganalisis benefit cost ratio dari pengembangan benih bawang merah. Hasil benefit cost ratio menunjukkan bahwa benih bawang merah memiliki potensi produktifitas 14,9 ton per hektar dan benefit cost sebasar Heni, dkk, 2019. Variabel yang digunakan untuk menganalisis benefit dalam penelitian tersebut adalah total revenue, gross margin, net revenue, revenue cost ratio dan scare value untuk persepsi petani terhadap pengembangan usaha tani bawang merah. Dalam penelitian tersebut kelayakan usaha hanya dihitung dari masing masing petani yang memiliki lahan rata-rata ha. Penelitian tentang kelayakan sentra usaha tani bawang merah di Lampung Tengah menggunakan proyeksi luas total lahan yang tersedia di Kawasan Lampung Tengah terutama kecamatan Kota Gajah untuk semua kelompok petani. Lampung merupakan salah satu kawasan pengembangan tanaman hortikultura diantaranya tanaman bawang merah. Berdasarkan peta sebaran kawasan pengembangan tanaman hortikultura komoditas bawang merah, Lampung termasuk menjadi prioritas pertama kawasan untuk pengembangan komoditas bawang merah Gambar 1. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 46 Gambar 1. Sebaran kawasan pengembangan komoditas bawang merah Inagri, 2017 Peta wilayah Kecamatan Kota Gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani padi dan hortikultura. Melalui bantuan pemerintah, lokasi Kecamatan Kota Gajah merupakan wilayah yang dikembangkan menjadi sentar bawang merah di masa mendatang. Pengembangan usaha bawang merah diperlukan dalam upaya mendiversifikasi lokasi usaha pertanian. Diversifikasi tersebut diperuntukkan untuk meningkatkan kemajuan bidang pertanian di lokasi pertanian dan peningkatan pendapatan. Usah tani bawang merah perlu dikembangkan dalam mendukung strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan harga bawang merah. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan dikawasan Lampung Tengah tepatnya di Kecamatan Kota Gajah. Kawasan yang telah berhasi mengembangkan bawang merah diantaranya Peta wilayah kecamatan kota gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan studi literatur untuk data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapang, wawancara dengan pejabat setempat dalam hal ini adalah camat Kota Gajah, wawancara dengan ketua kelompo petani serta perwakilan petani bawang merah di Kota Gajah. Survei lapang dilakukan untuk melihat kondisi area pertanian bawang merah, aliran irigasi untuk pertanian, teknologi penanaman yang digunakan dan kepadatan lokasi penanaman. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi tentang perkembangan bawang merah, jumlah petani yang telah bergabung, bentuk dukungan pemerintah terhadap petani bawang merah, kerjasama yang telah dijalin dalam pengembangan usaha bawang merah, pemasaran bawang merah serta dampak yang dialami oleh warga sekitar dengan usaha bawang merah. Aspek yang dianalis dalam pengembangan usaha tani ini meliputi benefit dalam ekonomi, benefit dalam sosial. Benefit ekonomi dikaji dalam aspek finansial. Dalam aspek finansial dikaji tentang jumlah lahan yang disediakan untuk pengembangan usaha Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 47 bawang merah dalam satu kawasan yang sudah berjalan. Untuk mendapatkan kelayakan finansial dilakukan perhitungan asset, biaya tetap, biaya varibel dan biaya lain yang diperlukan untuk usaha sentra bawang merah. Dalam aspek finansial dilakukan perhitungan ratio terhadap benefit dan cost. Perhitungan asset dilakukan dengan menghitungjumlah lahan yang siap untuk penanaman bawang merah. Rata-rata petani bawang merah di kecamatan Kota Gajah menggarap tanah miliki pribadi, namun beberapa menyewa tanah pertanian. Biaya yang dihitung meliputi biaya tetap, biaya variabel langsung dan tidak langsung. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi semua biaya yang dibutuhkan dalam persiapan, proses, pemanenan sampai bawang merah siap jual. Analisis kelayakan usaha tani menggunakan nilai NPV net present value untuk mengetahui selisih antara arus penerimaan dan pengeluaran sepanjang periode waktu tertentu. NPV positif menunjukkan keuntungan dari proyek. Zhao et al, 2016 Keterangan Bt = Penerimaan usaha tani pada tahun ke-t Ct= cost biaya usahatani pada tahun ke-t n= umur ekonomis proyek i = tingkat suku bunga yang berlaku Untuk menilai tingkat bunga yang bisa dihasilkan oleh proyek diukur dengan perhitungan internal rate of return IRR. IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimana IRR dihitung sebagai berikut Keterangan IRR =Internal rate of return i1= suku bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negative NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negative Proyek dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto atau discount rate. Jika IRR kurang dari tingkat diskonto maka proyek dikatakan tidak layak. Untuk menilai tingkat investasi dilakukan perhitungan rasio revenue dan cost R/C. nilai R/C menunjukkan jumlah rasio untuk melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuha proyek. Proyek dikatakan layak apabila niai R/C lebih dari 1, sebaliknya jika nilai R/C kurang dari 1 maka proyek dikatakan tidak layak. Selain R/C dihitung juga B/C ratio yang menunjukkan perbadingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya jika dilihat pada saat ini present value. Proyek dikatakan layak jika nilai B/C lebih dari 1. Perhitungan R/C dan B/C sebagai berikut Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 48 Total cost dihitung dari biaya tetap dan biaya variabelBosma, 2017. Perhitungan break event point dalam bentuk rupiah dihitung dari fixed cost biaya tetap dibagi dengan contribution margin. Contribution margin merupakan nilai dari variable cost dibagi dengan nilai jual barang per unit. Sedangkan untuk BEP dalam bentuk unit dihitung dari BEP rupiah dibagi harga jual per unit. Dalam penelitian ini unit dihitung dalam 1 kilogram bawang merah. Al Nasser, 2014 Benefit sosial dilakukan dengan mencari informasi terkait manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dengan adanya program usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah. Menurut United Nation Industrial Development Organization, 2017, adanya usaha agribisnis dikaitkan dengan manfaat sosial meliputi peningkatan usaha kecil di pedesaan, membantu menciptakan peluang pekerjaan dan kewirausahaan kelompok populasi yang rentan seperti wanita, pemuda dan korban konflik. Selain itu dapat meningkatkan keberlangsungan hasil komoditi dan ketersediaan pangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Tanaman bawang merah merupakan tanamanyang tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian idel 0-800 m atau plus minus 1100 m diatas permukaan laut. Suhu udara untuk penanaman bawang merah dalah iklim kering dengan suhu udara 25 - 32 0C dan pencahayaan sekita 70%. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah antara 1300 - 2500 mm/tahun. Kelembaban nisbi antara 80-90%. Intensitas matahari penuh lebih dari 10 jam/hari. Bawang merah harus ditanam pada lahan subur dan gembur serta mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah pH antara - Jenis tanah yang baik yaitu jenis alluvial dan regosol. Tanaman bawang merah memerlukan tiupan angin sepoi sepoi yang berpengaruh baik pada laju fotosintesis dan pembentukan umbi bawang yang tinggi Rukmana, 2018 Berdasarkan dari data dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten lampung Tengah, Lampung Tengah merupakan wilayah yang beriklim tropika basah dengan kecepatan angin rata rata 5,83 km/jam. Temperatur berkisar 26 - 28 0C. Daerah lampung tengah sebagian besar adalah dataran rendah dengan ketinggian 30 hingga 60 meter diatas permukaan laut. Kondisi geologi Jenis tanah pada lahan basah adalah tanah alluvial sedangkan pada lahan kering adalah jenis latosol coklat kemerahan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Tengah, 2014. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa secara iklim untuk daerah Lampung Tengah masih sesuai dengan kondisi untuk penanaman bawang merah. Akan tetapi perlu perlakuan pada tanah yang tidak semua lahan di daerah tersebut berjenis alluvial. Petani bawang merah di Lampung Tengah perlu melakukan pengecekan derajat keasaman tanah. Pengecekan tersebut dilakukan agar pH tanah sesuai dengan kondisi tanah untuk bawang merah. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 49 Tanaman bawang merah memerlukan pengairan yang cukup dan terdapat guludan tanah yang selalu basah. Daerah di Lampung Tengah terutama di beberapa daerah seperti seputih raman dan Kota Gajah merupakan dua dari 13 tiga belas daerah di Lampung yang dialiri oleh sungai irigasi yang dinamakan sekampung sistem. Sungai ini berfungsi untuk mengaliri lahan pertanian warga sehingga musim tanam dapat dilakukan dengan sistem irigasi sungai buatan dengan panjang saluran sepanjang 7, 564,895 m2. Dengan aliran sungai tersebut menjamin adanya sumber air untuk kebutuhan irigasi di lahan pertanian. Untuk menjamin ketersediaan air, pemerintah daerah telah membantu pembangunan sumur bor dan instalasi pengairan ke lahan petani bawang merah. Kecukupan air sangat diperlukan pada awal fase tanam dimana tanaman bawang merah membutuhkan genangan air di sekitar guludan tanah. Luasan lahan di kecamatan Kota Gajah untuk jenis lahan basah sebesar 1023 ha dengan pengairan irigasi teknis sebesar 50,22% dan irigasi non teknis 27,37% serta tadah hujan 22,48% Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2014. Ketersediaan irigasi baik teknis maupun nonteknis dengan total 77,59% ini memberikan peluang yang baik untuk penanaman bawang merah yang tergantung pada pengairan yang cukup. Aspek Finansial Analisis finansial dilakukan dengan mencari sumber data tentang penanaman bawang merah di Lampung Tengah. Dari beberapa kecamatan yang dikunjungi, untuk penanaman bawang merah masih didominasi oleh kecamatan Kota Gajah di Lampung Tengah. Di kecamatan tersebut masih rutin menanam bawang merah. Luas lahan yang diperkirakan untuk penanaman bawang merah kurang lebih 30 ha. Lahan tersebut dimiliki secara terpisah oleh petani. Komponen biaya yang dibutuhkan dalam usaha penanaman bawang merah meliputi aset, biaya tetap, biaya variabel. Informasi biaya didapatkan dari wawancara langsung dengan kelompok petani. Biaya usaha bawang merah ini tergantung dengan kondisi lahan dan cara pengolahan lahan bawang merah. Tabel 1. Komponen biaya perawatan Pembuatan tempat penjemuran Komponen biaya pada tabel 1 merupakan biaya yang dikeluarkan saat awal memulai usaha adalah biaya peralatan. Biaya ini mencakup biaya peralatan berladang, alat penyemprot hama, biaya pembuatan penjemur bawang merah setelah panen, pembuatan gudang penyimpanan bawang merah. Biaya ini dihitung untuk kapasitas hasil panen 30 hektar. Perhitungan biaya dilakukan dengan menjumlah semua rata-rata kebutuhan petani yang telah menanam bawang merah dan sebagian dihitung dengan mengalikan variabel dari rata-rata kebutuhan petani per hektar. Biaya produksi dihitung dari biaya tetap, biaya langsung dan tidak langsung untuk operasional dari persiapan, penanaman hingga kegiatan pascapanen usaha bawang merah. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Diasumsikan pada lahan tersebut setengah dari total lahan merupakan lahan sewa. Hal ini dikarenakan peminat usaha tani Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 50 bawang merah tidak hanya dari petani yang memiliki lahan tetapi juga masyarakat bukan petani yang tertarik untuk ikut dalam penanaman bawang merah. Biaya bahan langsung meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, jasa untuk pengolahan tanah, pengairan sampai jasa tenaga untuk aktivitas pasca panen. Biaya tidak langsung meliputi biaya transportasi, pembelian bahan bakar untuk mesin, biaya penyusutan alat dan lainnya tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan, total biaya untuk investasi awal sebesar Biaya produksi rata-rata untuk sentra usaha seluas 30 ha sebesar Rp. dengan kemampuan produksi sebagai usaha pemula pada satu lagi musim sebesar 5600 kg atau 5,6 ton. pendapatan yang mampu dihasilkan dari luasan tersebut sebesar Harga bawang merah diasumsikan sebesar 10 ribu pada musim raya. Rata rata harga jual bawang merah dari - per kilogram tergantung pada musim. Berdasarkan analisis biaya dalam tabel 2 didapatkan hasil revenue cost ratio R/C sebesar 1,8 Tabel 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembuatan sentra usaha tani bawang merah ini layak untuk dijalankan karena rasio R/C lebih dari 1. Tabel 2. Uraian biaya produksi dan pendapatan usahatani bawang merah Biaya Panen dan pasca panen Jumlah bawang merah yang dihasilkan Laba Pendapatan - pengeluaran Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 51 Analisis finansial usahatani bawang merah dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan net present value NPV dengan luasan 30 ha, internal rate of return, periode pengembalian dan analisis titik impas break event point. Nilai suku bunga yang digunakan dalam perhitungan IRR sebanyak 10 % karena bunga untuk usaha kecil rata-rata mendekati – 10,5% Otoritas Jasa Keuangan, 2019. Tingkat diskonto ini didasarkan pada suku bunga pinjaman untuk usaha kecil yang berlaku saat ini dengan bunga efektif di beberapa bank. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa IRR positif didapatkan setelah periode ke 2 sebesar 15,19% yang melebihi suku bunga diskonto 10%. Perhitungan NPV dan IRR menggunakan cashflow yang didapatkan dari proyeksi pendapatan dan biaya produksi. Pada tahun awal biaya asset dan peralatan dimasukkan sehingga total pengeluaran sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya hanya dimasukkan biaya produksi Rp. Jika periode hitungan selama 5 periode maka hasil IRR menunjukkan 15,19% pada periode kedua menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV sebesar Rp. pay back period periode pengembalian sebanyak 3,7 periode, dan break event point titik impas pada kapasitas produksi kg atau 32,6 ton yang setara dengan hasil penjualan sebesar Rp. Tabel 3. Perhitungan Internal Rate of Return Aspek Sosial Ekonomi Usaha bawang merah melibatkan beberapa pihak yang membantu dalam pelaksanaan operasional dan kebijakan. Pihak yang terlibat dalam usaha tani adalah kelompok tani, ketua kelompok tani, Dinas Pertanian Kota Gajah, Ketua Camat Kota Gajah dan perbankan. Masing masing kampung mempunyai kelompok tani dengan seorang ketua kelompok. Dinas pertanian bekerjasama dengan kelompok tani mengadakan kegiatan penanaman dan perawatan tanaman untuk jenis varietas baru. Camat bertanggungjawab dalam pengawasan program untuk peningkatan usaha tani bawang merah dan program pengembangan hardskill petani bawang merah. Dalam pihak yang berkepentingan dari usaha tani bawang merah pada gambar 2. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 52 Ketua Kelompok Tani PetaniPengumpulCamatPedagang eceranStakeholder PerbankanDinas PertanianKelompok TaniGambar 2. Stakeholder dalam pengembangan usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah Para petani di Kota Gajah menyatakan bahwa peningkatan kesempatan peluang pekerjaan meningkat setelah penanaman bawang merah. Bawang merah memiliki arus perputaran yang lebih cepat dibandingkan padi dengan penghasilan 4 kali lebih banyak dibandingkan padi dengan luasan lahan yang sama. Jumlah kerjasama yang telah terjalin oleh petani di Kecamatan Kota Gajah diantaranya adalah kerjasama untuk pembinaan petani bawang merah oleh Bank Indonesia, kerjasama untuk varietas unggul dengan salah satu universitas di Lampung, kerjasama untuk penyediaan bibit dengan dinas pertanian dan pengiriman petani ke sentra usaha tani bawang merah di luar provinsi Lampung. Jumlah petani yang telah bergabung sebanyak 30 orang yang aktif setiap musim dan total hingga 120 orang yang masih memiliki minat terhadap usaha tani bawang merah. Aspek sosial yang berkembang di Kecamatan Kota Gajah yaitu peningkatan kerjasama dengan pemerintah kabupaten. Terdapat program pelatihan baik studi banding, pembinaan dan fasilitas yang diterima petani setiap tahun dari pemerintah kabupaten. Peningkatan pengetahuan petani dalam teknologi pembudidayaan bawang merah memberikan dampak pada minat untuk bekerja di daerah. Usaha ini dapat menarik pemuda yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri untuk kembali membantu pengembangan usaha di desa. Selain itu program binaan Bank Indonesia untuk peningkatan hasil usaha dan pengetahuan tentang sistem pemasaran. Kerjasama tersebut juga telah meningkatkan fasilitas kebutuhan petani berupa sumber air. Petani awalnya mengandalkan air irigasi untuk sumber pengairan, dengan adanya program kerjasama dengan pemerintah setempat maka petani sudah memiliki sumur bor untuk pengairan saat musim panas dengan instalasi pipa ke masing masing lahan. Dari aspek ekonomi, sentra usaha tani ini juga sebagai alternatif solusi untuk penekanan inflasi harga bawang merah. Usaha ini berdampak positif pada kerjasama dalam social coporate responsibility bawang merah dengan perusahaan swasta di sekitar Lampung Tengah dalam pengadaan pupuk dan fasilitas. Hal ini karena Lampung Tengah merupakan sumber usaha perkebunan dan pertanian dengan perusahaan-perusahaan skala besar di Provinsi Lampung. Rata rata pendapatan petani untuk 1 ha lahan bawang merah mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp. per siklus tanam. Peningkatan pendapatan ini 4 kali meningkat dibandingkan pendapatan dari bertanam padi. Peningkatan aktivitas perdagangan dalam usaha tani berkembang karena pasar perdagangan bawang merah di Kecamatan Kota Gajah telah merambah ke Lampung Tengah, Metro dan Sumatera Selatan tepatnya di Martapura. Pengembangan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 53 pasar tersebut berdampak pada pendapatan masyarakat yang bergerak dibidang transportasi jasa logistik serta perdagangan bahan baku pendukung pertanian. KESIMPULAN Penelitian ini memberikan informasi dalam kelayakan usaha tani bawang merah pada aspek teknis, aspek finansial dan sosial ekonomi. Pada aspek teknis, kabupaten Lampung Tengah memiliki iklim yang sesuai dengan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman bawang merah. Namu demikian, untuk jenis tanaman bawang merah perlu dilakukan pengolahan lahan yang lebih baik karena kondisi tanah di lahan pertanian kecamatan Kota Gajah memiliki rata-rata pH lebih dari 5, sehingga petani perlu memberikan perlakuan khusus pada tanah sebelum musim tanam. Sumber pengairan lahan di kecamatan Kota Gajah menunjukkan potensi yang baik karena dilewati oleh Daerah Aliran Sungai yang dibangun oleh pemerintah. Selain itu bantuan berupa sumur bor untuk membantu supplai air jika terjadi kekeringan. Pada aspek finansial menunjukkan bahwa rasio R/C renenue cost ratio 1,8 yang mengindikasikan bahwa usaha tani ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV menunjukkaan angka yang positidan dan nilai IRR yang melebihi dari tingkat diskonto 10 % serta periode pengembalian 3,7 yang menunjukkan pengembalian modal dapat dilakukan dalam waktu yang tidak lama. Titik impas break event point usaha tani bawang merah ini sebesar 32,6 ton bawang merah. Aspek finansial tersebut masih dapat ditingkatkan bila kemampuan panen bisa mencapai lebih tinggi dari 5,6 ton per hektar. Hal ini dikarenakan petani yang tergabung dalam kelompok tani di kecamatan Kota Gajah sebagian besar merupakan petani pemula. Pasa aspek sosial ekonomi, usaha tani bawang merah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani 4 kali lipat dibandingkan bertanam padi. Selain pendapatan peningkatan kerjasama dengan pemerintah, universitas, perbankan dan perusahaan swasta telah membantu komunitas petani bawang merah untuk peningkatan pengetahuan, skill dan pemasaran bawang. Potensi usaha ini dapat membuka peluang perdagangan anatar daerah di lampung dan luar Lampung. Penelitian ini masih belum mengkaji total benefit dari aspek sosial ekonomi secara kuantitatif. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sumatera yang telah mendanai penelitian ini dengan skema Hibah Penelitian Smart tahun 2018. Apresiasi yang tinggi kepada kelompok tani kecamatan Kota Gajah yang telah membantu penulis selama kegiatan survei dan pengumpulan data. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan pejabat Kecamatan Kota Gajah , Lampung Tengah untuk semua data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 54 DAFTAR PUSTAKA Al Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2014. Kota Gajah dalam angka 2019. Bank Indonesia, 2017. Ringkasan eksekutif komoditas produk jenis usaha unggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tahun 2017 di Provinsi Lampung. Diseminasi penelitian. Lampung. Bosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. 146-154. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lampung Tengah. 2014. Gambaran geologi dan jenis tanah Lampung Tengah. Heni, dkk. 2019. The feasibility and farmer perception of True Shallot Seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian Journal of Agriculture Volume 3, Number 1 16-21. Inagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September 2019. Nurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 – 48. Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober 2019. Rukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Publisher. Sembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298. United Nations Industrial Development Organization. 2017. Agribussiness and Human Capital Diakses 25 Oktober 2019. Zhao, Jiang, Li, A., Wang, L., 2016. Economic analysis of waste-to energy industry in China. Waste Manage. 48, 604–618. Feliks Arfid GuampeJoin HengkengNovi Maryam LempaoYames SidoThe farming sector is an important part of Indonesia’s national development due to its availability of foodstuffs, industrial resources, bio-energy, labor absorption, and income source for the rural populace. The horticultural practices, such as farming vegetables, fruits, medicinal herbs and ornamental plants, are strategic subsectors in the progression of the national and regional farming industry. This study aims to determine the performance of farming and to compare the income of horticultural farming of cabbage and shallots in the Poso Regency. A combined method is utilized in this research. Qualitative data analysis will descriptively portray the production and processing stages, cost, market access, and farmers’ income, while quantitative analysis will calculate the profit and Return-Cost Ratio. The research shows that farmers’ revenue depends on the size of land they possess. After a planting season, the net income of shallot farmers is between Rp and whereas cabbage farmers earn a total net income between Rp and Rp This demonstrates that horticultural farming, namely shallot cultivation, is more profitable than cabbage. Heni SP RahayuMUCHTAR MUCHTARSaidah SaidahRahayu HSP, Muchtar, Saidah. 2019. The feasibility and farmer perception of true shallot seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian J Agric 3 16-21. Shallot is one of horticultural commodities that plays a significant role in both national and regional economy. A fluctuating supply of shallot influences the inflation level. Shallot production is currently still facing many problems, including high production cost. The high shallot production cost mostly goes to expenses for labor and seed while Indonesian shallot is mainly produced from the bulbs seed. This high-cost production causes a lower shallot competitiveness. Therefore, introduction of True Shallot Seed TSS technology, which lowers the cost for shallot seed, could be an ideal option to improve the shallot competitiveness in Indonesia. However, the shallot farming feasibility and the farmer’s perception of this technology are two critical aspects that need to be considered in the adoption of this new technology. This research aimed to study the potency of true shallot seed development in Central Sulawesi based on the TSS’s farming feasibility and farmer perception on TSS. The research was conducted in Sigi District, Central Sulawesi. The results showed that the farming of shallot using TSS was feasible, and within productivity, the Revenue-Cost Ratio was while the Benefit-Cost Ratio was The perception was examined based on three aspects namely technical, economic, and social aspects. The results showed that farmers were interested in planting true seed of shallot based on its high productivity, lower production cost, and market acceptance of the product; while in the social aspect, the extension and farmer group’s support still need to be improved for development of ZhaoGui-Wu JiangAng LiLing WangThe generation of municipal solid waste is further increasing in China with urbanization and improvement of living standards. The "12th five-year plan" period 2011-2015 promotes waste-to-energy technologies for the harmless disposal and recycling of municipal solid waste. Waste-to-energy plant plays an important role for reaching China's energy conservation and emission reduction targets. Industrial policies and market prospect of waste-to-energy industry are described. Technology, cost and benefit of waste-to-energy plant are also discussed. Based on an economic analysis of a waste-to-energy project in China Return on Investment, Net Present Value, Internal Rate of Return, and Sensitivity Analysis the paper makes the Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian IndustriesAl NasserAl Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan PanganBadan Ketahanan PanganBadan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponicsBosmaH RoelBosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. sebaran komoditas bawang merahInagriInagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten BrebesTjetjep NurasaDarwisValerianaNurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 OktoberOtoritas Jasa KeuanganOtoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober budidaya bawang merah di Pekarangan dan PerkebunanRahmat RukmanaRukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera UtaraAsma SembiringSembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298.
analisa usaha bawang merah hidroponik